Kamis, 20 Januari 2011

Silaturahmi YBM Jakarta 2010

Sesuai agenda yang telah disepakati bersama, YBM Jakarta telah melaksanakan pertemuan silaturahmi segenap putra wayah Simbah KH Muchsin yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya setiap dua bulan sekali. Pertemuan silaturahmi ini bertempat di rumah kediaman salah satu anggota YBM Jakarta secara bergiliran. Pertemuan silaturahmi ini dihadiri oleh segenap anggota YBM Jakarta dan sekitarnya (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Banten, Bekasi).
Dalam pertemuan silaturahmi YBM Jakarta dilaksanakan kegiatan tahlil dan do’a untuk almarhum dan almarhumah para orang orang tua, sesepuh, keluarga besar YBM serta kaum muslimin dan muslimat pada umumnya. Kemudian dalam pertemuan silaturahmi ini juga dilaksanakan musyawarah untuk membahas berbagai hal penting yang menyangkut kemajuan YMB, arisan, informasi, dan lain-lain.
Pertemuan silatuarhmi YBM Jakarta pada tahun 2010 telah dilaksanakan di rumah kediaman: (1) Siti Solikhah Wardoyo/ H. Sumantri, Rangkas Bitung, Banten, 14 Februari 2010, (2) Johan Efendi, SH, MH, Kemang Pratama III, Bekasi, Jawa Barat, 18 April 2010, (3) H. Kasan Zaed, Kp. Rambutan, Jakarta Timur, 6 Juni 2010, (4) Wahyu Tri Adiyasa Maulani, Cibubur, Depok, Jawa Barat, 8 Agustus 2010, (5) Siti Bariyah/ Bayu Sukoco, Tangerang, Banten, 10 Oktober 2010, (6) Ir. H. Ali Muchsin, Tanah Kusir, Jakarta Selatan, 25 Desember 2010.* (AJ)
                            

Tiga Musuh Umat Manusia


Tiga musuh sangat berbahaya yang dihadapi umat manusia khususnya dan  bangsa Indonesia pada umumnya saat ini adalah korupsi dan suap menyuap, perusakan lingkungan dan narkoba. Jika tiga musuh berbahaya tersebut dibiarkan dan tidak diberantas secara serius maka akan menimbulkan akibat fatal dan menyakitkan bagi kehidupan umat manusia. Sebenarnya dampak buruk dari tiga musuh berbahaya tersebut telah kita lihat dan kita rasakan pada saat ini.
Korupsi dan suap menyuap merupakan bahaya yang dapat menghancurkan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak kekayaan negara mencapai triliunan rupiah yang dikorupsi dan dicuri secara halus oleh para pejabat penyelenggara negara dari jajaran eksekutif, legislatif dan yudikatif. Mekipun petugas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) telah menangkapi para pejabat tinggi negara yang korupsi, namun masih banyak para koruptor yang berkeliaran mengeruk uang rakyat.
Para koruptor terus mengeruk uang negara sehingga pembangunan tidak dapat berjalan dengan optimal. Para koruptor tidak peduli pembangunan jalan yang dikorupnya cepat rusak, jembatan yang belum diresmikan sudah roboh, gedung sekolah dindingnya retak dan atapnya bocor serta tidak sedikit yang roboh. Para koruptor tidak peduli banyak rakyat miskin sulit mengembangkan usaha ekonomi karena dana bantuan untuk pengembangan ekonomi kerakyatan dikorupsi.
Korupsi dan suap menyuap sangat memprihatinkan karena sebagian besar pelakunya di Indonesia adalah mereka yang mempunyai identitas beragama Islam. Padahal dalam ajaran Islam sangat anti terhadap korupsi dan suap menyuap. Dari Zaid bin Khalid, ia berkata: “Seorang lelaki telah gugur di medan perang Khaibar. Lalu Rasulullah Saw bersabda: Shalatkanlah sahabat kalian itu (sedangkan aku enggan menshalatkannya) karena ia telah melakukan penggelapan pada saat berjuang di jalan Allah. Ketika kami periksa barang-barangnya, kami menemukan manik-manik Yahudi yang harganya tidak mencapai dua dirham” (HR Nasa’i).
Suap menyuap dengan cara halus sekalipun, seperti pemberian hadiah atau gratifikasi kepada pejabat negara merupakan saudara kembar korupsi yang sangat dilarang dalam Islam. Rasulullah Saw bersabda: “Laknat atau kutukan Allah akan ditimpakan kepada orang yang menyuap dan orang yang menerima suap” (HR Ibnu Majah).
Musuh kedua adalah perusakan lingkungan. Indonesia sebenarnya telah dianugerahi oleh Allah Swt sebagai negeri yang subur dan makmur. Hutan tropis dengan keanekaragaman hayatinya tumbuh lebat di mana-mana. Tanaman apa saja dapat tumbuh subur dan memberikan manfaat yang banyak bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Tidak hanya di darat, tetapi juga di perairan dan lautan tumbuh dan berkembang terumbu karang, rumput laut, ikan beraneka macam dan biota laut lainnya, semuanya memberikan manfaat yang sangat besar bagi umat manusia. Tetapi semuanya itu tidak dikelola dengan baik bahkan manusia dengan tangan dan kekuasaannya terus menghancurkannya.
Kerusakan lingkungan yang kemudian menimbulkan bencana mengerikan sebenarnya merupakan akibat dari ulah tangan manusia sendiri. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an (Surat Ar-Ruum: 41): “Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan sebagai akibat dari perbuatan tangan manusia”. Kemudian dalam Al-Qur’an (Surat Asy-Syuuraa: 30), Allah Swt berfirman: “Musibah apa pun yang menimpa kamu maka hal itu disebabkan oleh perbuatanmu sendiri”.
Selanjutnya, musuh ketiga adalah narkoba. Semua orang sudah mengatahui bahayanya, yaitu narkoba akan menghancurkan kehidupan dan masa depan umat manusia. Dan di Indonesia, korban terbesar dari bahaya narkoba adalah umat Islam. Secara implisit Allah Swt melarang penggunaan narkoba karena akan dapat membinasakan umat manusia. Dalam Al-Qur’an (Surat Al-Baqarah: 195), Allah Swt berfirman: “……. dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan……”.* (Ahmad Jauhari)

Berbuat Baik


“Dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ..…..”
(Al-Qur’an, Surat Al-Maidah: 2)

Minggu, 16 Januari 2011

Silaturahmi Cinta (1)


Oleh: Ir. Ahmad Jauhari, MSi

Rasulullah Saw bersabda:
“Orang-orang yang memberikan cinta kasih itu diberi rahmat oleh Allah Swt, maka tebarkanlah cinta kasih kepada orang yang ada di muka bumi dan Allah Swt akan memberikan rahmat kepadamu.”
(HR At-Turmudzi)

          Salah satu ajaran Islam yang sarat dengan nilai universal adalah ajaran tentang silaturahmi. Pada dasarnya keberadaan manusia di muka bumi ini adalah selalu membutuhkan keberadaan dan bantuan orang lain. Tidak ada satu orang pun di muka bumi ini yang dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Manusia sebagai bagian dari unsur lingkungan hidup keberadaannya sangat dipengaruhi atau juga mempengaruhi unsur lingkungan hidup yang lain.
          Intensitas dan kualitas hubungan relasi antar manusia dan bahkan antara manusia dengan makhluk hidup lain yang ada di lingkungan sekitarnya sangat berpengaruh pada keutuhan dan keberadaan umat manusia. Islam mewadahi prinsip hubungan relasi antar makhluk hidup ini dalam sebuah kata yang dinamakan silaturahmi. Dari Aisyah ra, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Rahim itu tergantung di langit. Dia berkata: Siapa yang menemuiku maka dia pasti ditemui Allah Swt dan siapa yang memutuskanku maka dia pasti diputuskan oleh Allah.” (HR Muslim).
          Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita agar supaya kita dapat “menjumpai” Allah Swt atau kita “dijumpai” oleh Allah Swt, yaitu dengan cara menebar cinta kasih dengan bersilaturahmi kepada sesama manusia. Hal ini dinyatakan dalam Hadits Nabi Muhammad Saw. Dari Abdillah bin Umar, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Orang-orang yang memberikan cinta kasih itu diberi rahmat oleh Allah Swt, maka tebarkanlah cinta kasih kepada orang yang ada di muka bumi dan Allah Swt akan memberikan rahmat kepadamu.” (HR At-Turmudzi).
          Kita diajarkan untuk rajin menyambung silaturahmi, menyambung komunikasi, membagi simpati dan menebarkan empati kepada berbagai kalangan, berbagai strata sosial ekonomi, terutama kepada warga masyarakat yang sedang tidak beruntung, sedang sakit, kekurangan pangan, masyarakat miskin dan sebagainya. Setiap orang dari berbagai strata dan kelompok masyarakat dipastikan memiliki persoalannya sendiri-sendiri karenanya masing-masing mesti disapa secara khusus sesuai kebutuhan masing-masing.
          Kita perlu terus mendorong diri kita sendiri, keluarga kita, saudara kita, teman kita dan kita semua untuk terus menjalin silaturahmi, menebar cinta kasih kepada sesama, menyapa masyarakat yang sedang tidak beruntung, membagi kebahagiaan kepada masyarakat miskin dan lain sebagainya. Tidak sepantasnya kita menghalangi, mengkritik atau bahkan memarahi seseorang yang rajin bersilaturahmi, mendatangi sesama warga masyarakat Indonesia di pelosok-pelosok desa yang tidak mendapatkan keadilan pembangunan.
Seharusnya kita terus mendorong agar semakin banyak warga masyarakat yang bersilaturahmi mendatangi warga masyarakat miskin dan memberikan bantuan kepada mereka serta memberikan dorongan dan semangat agar mereka dapat bangkit dari keterpurukan hidupnya.*

Perjalanan Menuju Rangkas Bitung

Pagi itu, Minggu Pon, 14 Februari 2010, cuaca di wilayah Jakarta dan sekitarnya sedikit mendung. Selain Valentin, hari itu juga merupakan Hari Raya Imlek yang ke-2561. Biasanya pada Hari Raya Imlek memang hujan mengguyur bumi sepanjang hari, bahkan seringkali sejak beberapa hari sebelumnya hingga beberapa hari sesudahnya. Karena itu, yang ada di dalam pikiran adalah sepanjang hari pada hari Minggu Pon tersebut bakal diguyur hujan.

Pada hari itu seluruh putra wayah Simbah KH Muchsin dalam wadah YBM Jakarta dan sekitarnya mendapat undangan Pertemuan Silaturahmi bertempat di rumah kediaman Bapak H. Sumantri/Siti Solikhah Wardoyo di Rangkas Bitung. Tepatnya di Jalan Siliwangi – Palaton RT 01 RW 12, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkas Bitung, Lebak, Banten.

Dapat dipastikan sebagian besar warga YBM Jakarta dan sekitarnya belum pernah bersilaturahmi ke rumah kediaman Bapak H. Sumantri. Memang, beberapa orang pernah mengaku sudah pernah berkunjung ke alamat tersebut, terutama keluarga dekat dari Siti Solikhah, yaitu pada saat tuan rumah menyelenggarakan hajatan sunatan anaknya pada beberapa waktu yang lalu. Di antara keluarga YBM Jakarta yang sering bersilaturahmi ke rumah tersebut adalah Ibu Siti Naziatun.

Berdasarkan denah lokasi rumah kediaman Bapak H. Sumantri/Siti Solikhah Wardoyo yang dilampirkan bersama undangan, terlihat lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari pintu tol Ciujung. Dari Jakarta kita diarahkan untuk masuk tol ke arah Merak, setelah sampai pintu tol Ciujung diarahkan keluar tol menuju Pasar Ciruas. Kelihatannya jarak dari pintu tol Ciujung ke Pasar Ciruas tidak jauh ternyata dalam kenyataannya lumayan jauh. Kemudian menyusuri jalan seperti dalam denah, sebagian besar yang hadir pada pertemuan tersebut menyatakan untuk sampai ke tempat tujuan harus bertanya orang lebih dari lima kali.

Meski perjalanan jauh, namun karena semangat bersilaturahmi yang tinggi dari putra wayah Simbah KH Muchsin akhirnya perjalanan sampai di tempat tujuan. Tuan rumah menyambut kehadiran para tamu undangan dengan ramah tamah dan menyediakan hidangan yang luar biasa. Sebagian besar hadirin menyatakan pertemuan di rumah kediaman Bapak H. Sumantri/Siti Solokhah Wardoyo memiliki kesan tersendiri. Yang jelas, pertemuan tersebut tidak akan pernah dilupakan. Dan bagi keluarga YBM Jakarta yang tidak hadir pada pertemuan tersebut tentu akan menyesal.* (AJ)