Kamis, 15 Maret 2012

Baca Al-Qur’an dan Terjemah

Pada pertemuan silaturahmi YBM Jakarta di rumah kediaman Bapak H. Masturi / Ibu Hj. Siti Saudah di Tanjung Priok, 11 Maret 2012, dilaksanakan acara yang sangat penting bagi putra wayah Simbah KH Muchsin, yaitu Pengajian Seratan KH. Muhammad Idris yang dipimpin Ustadz H. Wachid Hasyim. 

Acara memang dimulai lebih awal, yaitu sesuai undangan pada pukul 10.00 WIB, sehingga dapat diselesaikan banyak agenda acara sebelum sholah Dzuhur. Setelah ngaji dilanjutkan acara rutin, yaitu baca Surat Yasin dan Tahlil, kemudian sholat. Sehabis sholat dilanjutkan makan siang dan pembayaran arisan, dana pendidikan serta shodaqoh dan infak.

Pada pertemuan di rumah Bapak Masturi, setelah makan siang diadakan tausiah oleh Bapak Drs. H. Muhammad Syarwan dari Klaten yang saat itu hadir di Jakarta. Biasanaya tausiah atau wejangan oleh sesepuh disampaikan oleh Bapak Noor Salim Madjid atau Bapak Ali Muchsin.

Bapak Muhammad Syarwan mengingatkan pentingnya putra wayah Simbah KH Muchsin untuk senantiasa membaca Al-Qur’an dan Terjemahannya. Al-Qur’an bukan hanya dibaca tetapi harus dimengerti maknanya dan kemudian diamalkannya dalam kehidupan. (aj)

Muthi’ah, Wanita Penghuni Surga


Suatu ketika Fatimah (putri Rasulullah SAW) bertanya kepada Rasulullah SAW. "Siapa perempuan yang kelak pertama kali masuk ke dalam surga?

Rasulullah SAW menjawab, "Dia adalah seorang wanita yang bernama Muthi'ah."

Fatimah pun terkejut, ternyata bukan dirinya seperti yang dibayangkannya, mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rasulullah SAW sendiri. Maka timbulah keinginan Fatimah untuk mengetahui siapa dan apa yang telah dilakukan seorang wanita yang bernama Muthi'ah. Siapakah sesungguhnya Muthi'ah? Apakah istimewanya seorang Muthi'ah? Sehingga Rasullullah SAW mengatakan bahwa dialah wanita yang lebih dulu masuk surga?

Saat berkunjung ke rumah Muthi'ah ternyata tidak ada yang istimewa, namun ada yang menarik perhatian Fatimah sesuatu yang tergantung di dinding ruangan yang menurut Muthi'ah di mana suaminya biasanya tidur. Benda yang tergantung adalah sehelai handuk, sebuah kipas dan sebilah rotan.

Saat Fatimah bertanya, Muthi'ah lalu menjelaskan, setiap kali suaminya pulang dari bekerja, badannya selalu penuh keringat karena memang ia bekerja sebagai buruh. "Handuk itu selalu aku gunakan untuk mengelap keringat yang mengalir di seluruh tubuh suamiku. setiap hari," ujar Muti'ah.

Setelah keringatnya kering, suami Muthi'ah biasa berbaring sambil melepas lelah. "Saat berbaring itu, dengan kipas itulah aku selalu mengipas-mengipas tubuh suamiku yang kegerahan dan kecapaian, biasanya sampai ia tertidur. setiap hari," Muthi'ah menjelaskan fungsi kipas tersebut. Setelah bangun dari tidurnya, barulah suaminya pergi mandi sementara Muthi'ah menyiapkan hidangan untuk makan.

"Lalu untuk apa sebilah rotan itu?"

Begitu suaminya sudah duduk di hadapan hidangan, Muthi'ah selalu berkata, "Ya suamiku, hanya ini yang dapat aku hidangkan hari ini. Sekiranya tidak memenuhi seleramu, rotan itu masih tergantung di sana, maka pukullah aku dengan rotan itu."

Fatimah, putri Rasulullah yang cerdas itu pun mengerti mengapa Muthi'ah termasuk wanita pertama penghuni surga. (taryono/harian terbit/15-3-2012)